Cinta Sembuhkan Penyakit

JATUH cinta dapat mengobati rasa sakit. Sebuah penelitian terbaru pada otak membuktikan bahwa gelora cinta yang masih segar berpotensi menjadi obat rasa sakit. Menurut penelitian itu, jatuh cinta dapat merangsang otak, mirip dengan stimulan yang disebabkan obat yang adiktif.



"Mungkin meresepkan sedikit hasrat percintaan dalam sebuah hubungan dapat membantu pasien yang menderita sakit kronis," ujar Sean Mackey dari Stanford University.

Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal PLoS One pada Rabu (13/10) itu merupakan tindak lanjut dari penelitian sebelumnya yang dilakukan Arthur Aron dari State University of New York at Stony Brook yang mengkaji neurologi cinta.

Hasil penelitian itu menghubungkan fase euforia pada percintaan baru terhadap dopamin kimia di wilayah otak tertentu. Dopamin adalah kunci untuk apa yang disebut 'jalur penghargaan otak' yang membuat mekanisme otak untuk merasa baik serta mendorong perilaku tertentu.

"Ketika orang sedang jatuh cinta, dalam banyak hal mereka mirip dengan efek ketika seseorang mengonsumsi amfetamin. Mereka bisa menjadi sangat gembira, kehilangan nafsu makan, kurang tidur, sangat aktif, dan penuh energi," kata ahli dopamin Dr Nora Volkow. (AP/*/X-5)
Cinta Ibu Cegah Penyakit Anak
PARA ibu yang memberikan dukungan emosi kuat untuk anak-anaknya, menurut temuan studi terbaru, bisa mengurangi risiko anak mengalami penyakit mental dan fisik kelak.


Status sosial ekonomi rendah telah lama dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan mental dan fisik. Akan tetapi, menurut peneliti dari Amerika Serikat, ada orang-orang yang bisa tumbuh dan berkembang terlepas dari kemampuan finansial mereka.

Dalam studi ini, peneliti memeriksa aktivasi sistem kekebalan tubuh dan peradangan pada 53 partisipan dewasa. Partisian berusia antara 25 dan 40 serta mempunyai latar belakang sosial ekonomi rendah di masa kanak-kanak.�Peradangan merupakan komponen kunci dalam beberapa penyakit, termasuk depresi dan penyakitkardiovaskular,� terang peneliti, seperti dikutip situs webmd.com, Selasa (18/5).

Para partisipan diminta mengingat dan menjelaskan hubungan mereka dengan ibu mereka. Selain itu, peneliti juga meminta konfirmasi bahwa mereka memang berasal dari keluarga kurang mampu.

Hasil menunjukkan, 26 anak yang menyatakan diperlakukan ibu dengan kehangatan memiliki profil peradangan lebih rendah dalam sampel darah dibandingkan 27 partisipan yang mengaku kurang mendapatkan perhatian dan cinta ibu.

Temuan ini, terang peneliti, menekankan pentingnya peran cinta dan perhatian orangtua dalam meningkatkan kesehatan orang-orang dari keluarga berpenghasilan rendah. Selain itu, lanjut peneliti, temuan ini juga bisa memicu lahirnya penelitian lebih lanjut mengenai bagaimana kejadian dan penanganan di masa kanak-kanak memengaruhi kesehatan mereka hingga mencapai usia dewasa. (IK/OL-08) Sumber : Media Indonesia.com
Now:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar