Sekolah orang tua


Seorang anak kelas 5 SD dalam ruang terapi saya mengatakan sesuatu yang mengagetkan. Gadis mungil nan cantik itu mengatakan “Saya tidak akan bisa menjadi seperti Papa dan Mama yang begitu hebat dan menjadi pahlawan bagi banyak orang. Saya hanya ingin menjadi baby sitter saja seperti bibi pengasuh saya”.

Tidak ada yang jelek jika kita ingin menjadi baby sitter. Namun yang saya kagetkan adalah anak seusia dia biasanya memiliki cita-cita yang muluk dan tinggi. Mengapa ini bisa begitu? Yang membuat pernyataanya tidak enak didengar adalah awalan kalimatnya yang menyatakan bahwa ia tidak akan bisa menjadi sehebat kedua orangtuanya karena itu ia memilih suatu cita-cita yang sederhana saja karena ia berpikir bahwa cita-cita itu mudah ia dapatkan. Intinya gadis mungil itu menilai rendah dirinya dan menilai orangtuanya sangat tinggi dan sempurna. Jadi jika ia marah, jengkel dan tidak bisa mengerjakan sesuatu itu karena memang ia tak mampu.

Selidik punya selidik ternyata kedua orangtuanya sering memarahi si anak dengan kalimat yang selalu membandingkan kehebatan dirinya dengan kelemahan anaknya. “Mama tidak pernah melakukan kesalahan konyol semacam ini saat dulu seusia kamu” atau “Papa selalu diharuskan bisa oleh kakek kamu sehingga sekarang jadinya sukses seperti ini. Karena itu kamupun juga pasti bisa. Masa hanya segitu saja bisanya? Ayo buktikan kalau kamu juga hebat!” atau “Kamu ini kok tidak seperti papamu sih? Contohlah papamu yang selalu bekerja dan belajar terus masa masih kecil sudah malas nanti kalau besar kamu mau jadi apa?” (mungkin jawaban si anak dalam hati : jadi baby sitter aja, mudah kan?)

Para orangtua Indonesia tercinta, berhati-hatilah terhadap apa yang Anda ucapkan dan lakukan pada anak-anak Anda. Karena apa yang kita lakukan dan ucapkan akan merangsang mereka berpikir sesuatu tentang diri mereka sendiri. Saya berdoa itu pikiran positif. Namun ingat kita tak bisa mengontrol pikiran orang lain bahkan walau anak sendiri. Pikiran langsung bereaksi begitu mendapatkan stimulasi. Pastikan stimulasi Anda positif dan tidak membuat pikiran anak memiliki celah untuk berpikir negatif tentang dirinya sendiri.

Sumber cs@sekolahorangtua. com
Now:

1 komentar:

  1. sangat baik, sbg intropeksi kita para orang tua.... tks friend

    BalasHapus